Sejarah Asal-Usul Desa Pelanglor
Pada mulanya zaman belanda cerita dari sesepuh desa pelanglor. Mulanya desa pelanglor terletak di posisi kanan dan kiri jalan raya jurusan solo-ngawi. Lokasi rumah kepala desa pada waktu itu disebelah timur jembatan Mbogo.
Dari pihak kehutanan zaman Belanda warga Desa Pelanglor pada waktu itu disuruh memilih diantara dua alternatif, yaitu masuk atau keluar dari kehutanan, tenyata warga Desa Pelanglor memilih masuk, yang akhirnya terjadi dua tempat yaitu dengan nama Dukuhan Pelanggarem dan Dukuhan Tambakselo. Pada waktu dulu Dukuhan Pelanggarem penghasil garam, yang dihasilkan dari busa bengawan jurusan Bengawan Solo.
Dengan terjadinya dua Dukuhan tersebut akhirnya dijadikan satu desa yaitu dengan nama Desa Pelanglor. Untuk Dusun Pelanggarem karena penhasil garam, tapi untuk Dusun Tambakselo karena ada batu yang membendung sungai/kali.
Adapun adat Dukuhan/Dusun Tambakselo dalam kurun waktu setiap tahun diadakan adat bersih desa ditempat punden atau tambak yang dilaksanakan setelah selesai panen padi dan di tentukan hari Jum’at Legi, warga Pesa Pelanglor setiap tahun mengadakan selamatan dengan membawa nasi dan lauk pauk berduyun-duyun datang ke tambak, untuk KaDes dan perangkat membawa kata tumpeng dan sesaji lainya untuk selamatan atau sedekah Dukuhan Tambakselo. Dimalam harinya diadakan seni hiburan gambyong bertempat di rumah kepala Desa Pelanglor, dengan harapan Desa Pelanglor terhindar dari segala mara bahaya.
Kemudian adanya patung Monumen Soeryo yaitu, dengan awal cerita 1948. Gubernur Jawa Timur waktu itu bernama Soeryo, mengikuti Konferensi Linggarjati di Jogjakarta. Sepulangnya dari perundingan Linggarjati tersebut, rombongan Gubernur Soeryo beserta ajudannya diberitahu masyarakat Gendingan untuk berhenti, karena ada kelompok PKI yang menghadang di jembatan Mbogo, tetapi Gubernur Jawa Timur Soeryo beserta ajudannya tetap melanjutkan perjalananya menuju Surabaya. Sesampai di Desa Sidolaju warga setempat juga memberitahu, bahwa rombongan Gubernur Soeryo diminta berhenti karena didaerah Mbogo ada serombongan PKI yang menghadang, tetapi permintaan tersebut tidak dihiraukan oleh rombongan Gubernur Soeryo tetap melanjutkan perjalananya.
Ternyata sesampai di daerah Mbogo, rombongan Gubernur Soeryo dihadang oleh sekelompok PKI, mereka meminta kepada Gubernur Soeryo agar menyerahkan kekuasaan Jawa Timur kepadanya (PKI), tetapi Gubernur Soeryo menolak permintaan tersebut, akhirnya PKI menganiaya dan menyeret paksa Gubernur Soeryo beserta ajudannya berjalan kaki menuju kali kakak yang berjarak kurang lebih 17 km, sebelum sampai di kali kakak Gubernur Soeryo beserta ajudannya dianaiaya PKI hingga wafat, dan kemudian dimasukkan kedalam sumur. Tapi sebelum itu kendaraan Gubernur Soeryo dibakar di sekitar daerah Mbogo. Kemudian dibangun patung Bapak Soeryo mulai tahun 1974 untuk mengenang jasa beliau, dan diresmikan pada tahun 1975, hingga saat ini dinamakan Monumen Soeryo, dan dijadikan tempat wisata.
om 3ente orang 5na?
BalasHapusngawi bos
BalasHapus