Jumat, 29 April 2022

Cinta atau Iba?

Dalam hidupku, ini adalah peristiwa yang memalukan. Malu pada diri, malu pada hati. Berkali-kali aku menganulir keputusan, hanya dengan dasar atau hanya demi yang namanya cinta. Tidak ada yang tahu pasti, cinta itu apa? Cinta itu bagaimana? Cinta itu harus bagaimana mana? Jawabnya abstrak. Bahkan saat kita bilang cinta sekalipun, tidak ada yang memastikan bahwa itu benar-benar cinta.

Hati kita terkadang tidak sinkron dengan pikiran, bahkan dengan yang diucapkan. Tapi mengapa kita selalu menghamba kalimat "demi cinta"? Sedangkan kita tidak tahu apa itu? Bagaimana dan kenapa?

Dalam ucapan cinta, dihati terkadang berkecambuk perang. Ini cinta atau sekedar hanya iba?

Karena berkali-kali pula aku menganulir keputusan. 

Sosok aku dalam sesungguhnya adalah aku yang pernah gagal dalam membangun cinta. Tapi kenapa ini ingin membangun cinta lagi? Ketika arti, cara, dan alasan cinta itu belum ketemu. 

Duh Gusti, aku yang mulai mati dalam harap karena ucapan, harus berkelahi lagi karena cinta. Tapi belum juga menemukan cinta.

Ini cinta atau sekedar iba? 


Ngawi, 29 April 2022 
"Ketika alam merubah segalanya"

Jumat, 07 Mei 2021

Minggu, 05 Juli 2020

Matur Suwun

terimakasih,
tubuh yang selalu ku paksa untuk ekstra keras bergerak,
otak yang selalu ku paksa berpikir lebih dari kemampuan,

terimakasih,
mata yang selalu berusaha terpejam, meski sebenarnya melihat,
telinga yang pura-pura tuli meski mendengar,

dan terimakasih,
hati yang kadang bisa menfilter nafsu amarah.

terimakasih,
kamu alasan untuk tetap berjuang


Ngawi, Juli 2020

Jumat, 24 April 2020

rasa

baru sebentar perjalanan ini, rasa takut untuk tidak bisa membahagikan selalu ada. seorang aku yang selalu ingin mencoba melihat senyummu, masih saja terbentur oleh masa lalu. masa lalu ku yang menurut rasa, tak seindah rasa ini, rasa sekarang, rasa yang selalu membuat aku tersenyum tanpa harus menjadi orang lain. iya, masa laluku selalu kamu ungkit ke permukaanku yang mulai subur oleh rasa cinta. aku, tidak ingin kembali menjadi oranglain. aku tidak ingin lagi menulis perasaan oranglain, dan aku tidak ingin lagi mencoba merasakan kebahagiaan oranglain. cukup masa laluku yang aku pendam, bersama rasa kepura-puraanku. 
aku yang sekarang, menjadi diriku sendiri. merasakan semua dengan hati. tersentuh lembut, hanya kepekaanku yang lebih tipis. egoku yang tinggi, karena aku pernah gagal. aku pernah menjadi pecundang dikandang sendiri. dihatiku sendiri. biarkan aku menikmati menjadi diri ini, setahun. indah rasanya, tak ada banding. 
yang aku takutkan, bukan kehilanganmu, tapi aku takut gagal membahagiakanmu. disaat aku merasa gagal dan kamu selalu membandingkan saat diriku menjadi oranglain, rasa pesimisku menebal, ingin rasanya berteriak dan aku harus mengakui kegagalanku.
apalah aku, pencundang cinta yang tak akan peka meski dieja?
pakah aku harus kembali menjadi sosok kamulflase yang merasa dicinta, yang selalu merasa tak ada hati?
jika suatu saat nanti iya, biarkan rasa ini melebur, menjadi batu sekalipun. dan tertutup rapat.
aku akan hidup tanpa rasa.
hanya kamu yang berhak berbahagia.


--24 april 2020-
setahun bersama rasa, cinta!

Minggu, 05 Januari 2020

keindahan itu kamu

adakah keindahan selain seharian tidur di kamar, geser sebentar ke toilet, kembali rebahan, baca buku, dan tiba-tiba merem. bangun dengan mata lebam, serasa tak ingin beranjak, rebahan lagi. adakah keindahan selain traveling, sendirian, pergi saat mereka beranjak istirahat, pulang saat mereka beranjak bangun pagi. nyaris tidak membawa bekal, hanya seransel tas berisi buku bacaan dan laptop yang hanya sebagai penjaga sewaktu-waktu kerjaan datang. aku mungkin hanya seorang pejalan, penyuka sepi, lebih sering menyendiri dan terbelah. hanya menilai, tak ingin dinilai, hanya memandang tak ingin dipandang, hanya mencintai, tak ingin dicintai. aku pun terbawa ego, dalam hal apapun. yang akan membuat mereka tidak peduli lagi, bisa jadi.